Filosofi Keris (Curigo)

Lelaki bisa dikatakan dewasa ada yang jawab: bisa berfikir dewasa, tahu mana yang baik dan buruk, bisa menahan amarah, bisa mandiri, ada yang jawab punya pekerjaan. Itu semua salah. Sudah punya rumah, mobil, istri. Itu salah. Gimana dia bisa dewasa dan tahu mana baik dan buruk kalau dia tidak hobi pusaka sehingga dia tidak tahu sejarah, gimana dia bisa menahan amarah kalau dia tidak punya keris dan tahu pesan yang terkandung di dalamnya, gimana dikatakan mandiri sebuah keris aja tidak punya, pria punya kerja, punya mobil, punya rumah dan punya istri tapi gak punya keris malu dong sama kambing.

Jadi kalau kita punya keris dan hobi dengan pusaka sehingga kita bisa menjaga budaya kita. Baik tidaknya seseorang karena dia bisa memiliki dan menjaga. Kamu punya ilmu agama tapi mudah mengkafirkan orang gimana bisa menjaga agamamu, kamu punya kepintaran tapi dia buat bodohin orang gimana bisa menjaga kepintaranmu.

Lihatlah sebuah keris. Keris tidak pernah lurus pasti merunduk, keris ada yg lurus dan ada luk (itu gambaran kehidupan manusia), kenapa luk keris itu ganjil (itulah agama), kenapa setiap keris, tombak dll ada gonjonya dan mendaknya (itulah penyatuan manusia dan Tuhannya), kenapa keris ada tiket alisnya (itulah gambarnya kebaikan dan keburukan agar manusia bisa memilih jalan), kenapa keris ada lambenya dan ada yang tidak (itulah letak kedewasaan seorang manusia). Jadi selain punya keris kita harus mengerti filosofi yang ada di dalamnya, kenapa dalam pembuatan keris/ pusaka harus mengalami ribuan tempaan (itulah gambaran kesuksesan manusia) jadi banyak makna yang ada di dalamnya.

Kenapa sebilah keris di jaman empu dahulu bahan warangkanya kayu timoho atau kayu mangngar. Itulah sebuah gambaran seorang wanita yang setia menemani seorang suaminya. Kadang keris itu biasa tapi warangkanya bagus, maka akan menutupi kekurangan keris itu sendiri, begitu juga seorang wanita yang bagus akan menutupi kekurangan seorang suami. Karena kesuksesan seorang suami adalah ada wanita yg hebat di belakangnya yakni istri. Rasulullah SAW sukses karena adanya Siti Khodijah di belakangnya yang selalu support suaminya untuk berdakwah, lebih-lebih saat nabi menerima wahyu. Dan Siti Khodijah rela mengorbankan hartanya demi perjuangan suaminya. Jadi warangka itu gambaran seorang istri. Istri yg tidak mendukung suami dalam hal budaya keris bagaimana dia tahu arti sebuah kehidupan.

Keris oleh seorang empu sudah selesai dibuat, pasti akan dibuatkan warangka (sarung keris), terus apakah cukup itu aja? Yang jelas itu tidak mungkin. Gimana bisa indah sebuah keris dengan warangka yang bagus tanpa adanya Handle (pegangan keris). Begitu juga rumah tangga tidak akan lengkap tanpa adanya seorang anak. Maka bersyukurlah apabila Allah memberimu seorang anak. Setiap handle baik itu jenis handle Bali atau apapun pasti nunduk ke kanan, itu menggambarkan seorang anak bisa dikatakan dewasa kalau dia bisa menghormati orang tuanya . Belum tentu yg sudah aqil baligh bisa menghormati orang tuanya, belum tentu anak yang sudah mimpi basah bisa menghormati ortunya, dan belum tentu anaknya yang sudah kerja dll menghormati ortunya. Karena penghormatan seorang anak tidak terlepas dari pengaruh ortu kepada anaknya. Ibarat bilah keris dan handle keris. Maka dari itu dalam kitab Sutasoma buatan Mpu Tantular menjelaskan : seorang laki laki dikatakan dia sejati apabila memiliki curigo, kukilo, wismo, turonggo, wanito. Awal adalah curigo (keris). Karena keris adalah pusaka penuh makna.

Ingat keris budaya Indonesia sejak jaman dulu disenangi oleh negara luar. Jaman Singosari kerajaan Kubilai Khan sampe mencuri Mpu Arubaya untuk membuat sebuah keris di negeri yang bernama pedang naga pusaka, dari Arab Syekh Jumadil Kubro sampe capek-capek mencari pegangan yang ada di tunggangan kuda Rasulullah SAW untuk dijadikan sebuah keris. Dan sekarang di Belanda banyak sekali keris di sana.
Jaman dahulu kenapa Sunan Gunung Jati memerintahkan santri ceweknya menjadi seorang Mpu wanita yang bernama Mpu Anjani yang berguru kepada Mpu Supo Managgring, kenapa Sunan Bonang menyuruh Santri wanitanya menjadi seorang Mpu di Tuban yang bernama Mpu Sombro. Ada apa dengan keris? Kenapa keris begitu fenomena?

Bangkalan, 11 April 2017
Gus Jay

Komentar

Postingan Populer