Mengikatkan Hati Kepada Sang Maha Hidup

Setiap orang yang mengikatkan hatinya kepada segala sesuatu yang tidak tetap, maka secara mutlak hatinya tidak akan pernah hidup

Kehidupan yang hakiki adalah kehidupan yang tidak akan pernah sirna, dan itulah sifat Sang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, Allah al-hayyu al-qoyyum. Jika hati manusia terikat kepada selain Sang Maha Hidup, niscaya hatinya tidak pernah hidup. Hati yang hidup adalah hati yang memiliki ain al-bashirah (mata hati), sam al-bashirah (pendengaran hati) dan shaut al-bashirah (suara hati) yang mampu menggerakkan manusia sepenuhnya menjadi diri sendiri.

Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu, siapa yg betul-betul mengerti dirinya maka ia akan betul-betul mengenal Tuhannya. Manusia yang mengerti dirinya adalah dia yang tahu tujuan hidupnya, untuk apakah dan untuk siapakah? Jika kehidupan hanya dihabiskan kepada sesuatu yang tidak kekal, maka selamanya wujudnya adalah sebuah kesia-siaan belaka. Jika hati dan pikiranmu hanya menuruti kebutuhan jasad yang kelak akan binasa, maka hati tidak akan hidup merdeka. Hati, pikiran, dan jiwa manusia yang demikian akan terbelenggu nafsu yang akan menuruti kebutuhan biologisnya. Sementara ruh dan jiwa manusia tidak pernah diberi asupan gizi, maka tunggulah sebentar, ia pasti mati.

Lalu bagaimana merawat hati, ruh, dan jiwa supaya hidup? Sandarkanlah ia selalu kepada Sang Maha Hidup, yang tak pernah lalai mengawasi hamba-hambaNya, yang tak pernah mengingkari janji-janjiNya, yang selalu menjawab pangilan serta doa hamba-hambaNya

Bangkalan, 30 Maret 2016
Gus Jay

Komentar

Postingan Populer