Makam Cakraningrat IV

NELSON MANDELA DAN MAKAM CAKRANINGRAT IV DI PULAU ROBIN
Penuturan Prof. Dr. Yusril Ihsa Mahendra:

Suatu hari saya pergi ke Afrika Selatan sebagai Menteri Kehakiman RI. Saya menghadiri Konvensi PBB di sana Saya bertemu Mandela, Yasser Arafat dan Fidel Castro di Johannesburg. Mandela mengatakan kepada saya tentang sebuah kuburan di Robin Island, tempat dia pernah dipenjarakan, yang menjadi misteri baginya.

Dalam kunjungan kedua ke Afsel, saya menyempatkan diri datang ke Robin Island di lepas pantai Capetown di Pulau Robin. Pulau Robin itu rupanya sebuah penjara sejak Belanda menguasai Afrika Selatan abad 16. Di Pulau Robin itulah Mandela dipenjara selama 29 tahun oleh regim apartheid.

Begitu saya mendarat di pulau Robin, persis di depan gerbang penjara ada sebuah kuburan yang dikeramatkan leh kaum Muslimin di sana. Saya pun datang ke kuburan keramat yang ada mushollanya itu untuk sholat ashar. Beberapa jemaah tertarik melihat saya datang ke kuburan itu, yang banyak sekali asap dupanya.

Seorang jemaah bertanya pada saya apakah saya orang Indonesia. Saya jawab, “Ya!” Dia mengatakan bahwa dia keturunan Melayu. Orang itu mengatakan bahwa ketika Mandela dibebaskan dari penjara, dia mampir ke kuburan keramat itu. Mandela berkata, “Apalah artinya saya dipenjara di pulau ini selama 29 tahun, dibanding orang ini, sambil menunjuk ke kubur keramat itu!”

“Orang ini!” kata Mandela, “saya tidak tahu dari mana asalnya dia. Nampaknya dia seorang pejuang di negerinya sehingga dia begitu dihormati.”

“Orang ini,” kata Mandela, “dipenjarakan penjajah sampai dia mati di pulau ini. Dia tak pernah pulang ke negerinya.”

Saya tertegun mendengar cerita orang itu, dan saya pun masuk ke makam keramat itu setelah solat di mushollanya.

Di dinding makam itu ada tulisan berbagai bahasa. Saya baca tulisan berbahasa Inggris. Tulisannya mengatakan “the grave of Shaikh Mathura, the first man who reading the Holy Qur’an in South Africa.” Saya pun bertanya, “Siapa itu Shaikh Mathura?” orang itu menjawab, “Nampaknya dia berasal dari negara Anda, sama seperti Syeikh Yusuf.”

Sayapun membaca beberapa literatur di Capetown dan akhirnya mengetahui bahwa Shaikh Mathura adalah Cakraningrat IV dari Madura. Dia seorang pangeran di Madura yang melawan Belanda, lalu ditangkap dan dibuang ke Afrika Selatan sampai akhir hayatnya. Barulah saya sadar bahwa orang yang kuburannya dikeramatkan orang di Pulau Robin adalah Cakraningrat IV dari Madura.

Ketika saya jadi Mensesneg saya perintahkan Sekretaris Militer Kepresidenan untuk berkoordinasi menelaah riwayat perjuangan Cakraningrat IV. Saya katakan, “Kalau cukup alasan, maka Presiden seyogianya memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Cakraningrat IV.”

Kalau Syekh Yusuf al-Makassari sudah diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Pak Harto. Saya pernah dua kali ziarahi makam Syeikh Yusuf di kota yang namanya Macassar di Afrika Selatan. Namun sampai saya diberhentikan sebagai Mensesneg, kajian sejarah perjuangan Cakraningrat IV belum selesai. Sampai sekarang, Cakraningrat IV belum diberi status sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden kita.

Demikian tulisan saya untuk mengenang Mandela yang baru saja wafat meninggalkan kita semua.

Semoga menginspirasi putra putri Madura.... 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Komentar

Postingan Populer