Sejarah Asli Joko Tingkir vs Arya Penangsang

Arya Penangsang adalah murid Sunan Kudus sebelum Joko Tingkir, sedangkan guru agama dan spiritual pertama Joko Tingkir adalah Sunan Kalijaga.

Joko Tingkir menaruh dendam kepada Sunan Kudus karena Sunan Kudus telah membunuh ayahnya yang bernama Kebo Kenanga yang bergelar Ki Ageng Pengging.

Sebenarnya Sunan Kudus membunuh Ki Ageng Pengging bukan tanpa suatu alasan.
Ki Ageng Pengging adalah santri Syekh Siti Jennar atau Syekh Lemah Abang. Siti dalam bahasa Jawa halus adalah tanah, Nar berarti api, dikarenakan Syekh Siti Jennar tinggal di daerah Jawa Tengah yang dimana tanahnya merah seperti bara api sehingga dijuluki Syekh Lemah Abang atau Syekh Siti Jennar.

Setelah kematian Syekh Siti Jennar, ada 3 santri yang mempunyai kedudukan wali. Karena takut ajaran Syekh siti jennar merambat ke bumi nusantara sehingga Sultan Demak Raden Patah mengadakan rapat bersama Walisongo untuk menghentikan 3 muridnya itu, salah satunya adalah Ki Ageng Pengging. Maka, diutuslah Sunan Kudus.

(ajaran Syekh Siti Jennar tidak salah, namun akan menjadi salah paham jika diajarkan pada orang awam atau orang yang maqom nya tidak setara)

Di waktu para wali menuju ke Demak untuk pertemuan rutin di malam jum'at legi, Joko Tingkir menghadangnya. Di situ juga ada Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga sempat mencegahnya. Tetapi Sunan Kudus mengatakan, "Sudahlah Dimas, biarkan anak ini puas terlebih dahulu dengan kemarahannya dan setelah itu kau jelaskan yang sebenarnya."

Lalu terjadilah pertempuran antara Sunan Kudus vs Joko Tingkir. Joko Tingkir kalah. Setelah itu, Sunan Kalijaga menasehati dan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Setelah mengetahui kesalahannya, Joko Tingkir merasa bersalah dan memohon maaf kepada Sunan Kudus. Sejak itu, Sunan Kalijaga memerintahkan Joko Tingkir untuk mengabdi dan berguru kepada Sunan Kudus.

Di sanalah Joko Tingkir dan Arya Penangsang belajar agama bersama di padepokan Sunan Kudus. Setelah selesai lama belajar di Sunan Kudus dan dinyatakan lulus, maka Joko Tingkir kembali lagi kepada Sunan Kalijaga.

Sunan Kudus hidup di masa kerajaan Majapahit, Demak, dan awal Pajang. Awal Kerajaan Pajang berdiri, setelah 3 minggu Sunan Kudus meninggal. Karena kecintaannya yang sangat mendalam kepada Sang Guru, Arya Penangsang sering menyepi, sehingga Allah SWT mengangkat derajat Arya Penangsang menjadi wali. Proses kewalian Arya Penangsang menjadi majdub atau fana karena menyatunya dengan Sang Pencipta. Sehingga, dia seperti orang gila membunuh semua manusia yang menjadi penjahat, rampok, dan orang sombong.

Karena sikap Arya Penangsang ini, Joko Tingkir kewalahan karena Pajang sudah tidak aman karena banyak pembunuhan yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Joko Tingkir memerintahkan pengawal kerajaan untuk menangkap Arya Penangsang, tetapi tidak bisa, bahkan terbunuh.

Kemudian, Joko Tingkir datang kepada gurunya Sunan Kalijaga dan berkata "Bagaimana ini Kanjeng Sunan, di Pajang keamanan rakyat sudah tertindas atas kelakuan kakangmas Arya Penangsang?". Sunan Kalijaga menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Arya Penangsang bukan atas kehendaknya tetapi dia mengalami kefanaan, disebabkan terlalu cinta kepada gurunya Sunan Kudus. Di saat dia menyepi di sebuah goa Allah mengangkat derajatnya.

"Tetapi kenapa dia membunuh banyak orang?"
Kanjeng Sunan menjawab, "Dia membunuh bukan pada sesuatu yang salah secara hakekat."

"Tetapi Kanjeng Sunan, membunuh itu tidak baik secara syar'i.
Kanjeng Sunan menjawab, "Betul, tetapi kamu jangan membunuh Arya Penangsang! Kalau itu terjadi, Allah akan murka kepadamu."

"Lalu, bagaimana jalan keluarnya Kanjeng Sunan?"
"Tunggulah! Saya akan minta petunjuk kepada Gusti Allah", jawab Sunan Kalijaga.

"Baik, Kanjeng Sunan."

Setelah melakukan shalat istikharah selama 41 hari, Sunan Kalijaga didatangi oleh Nabi Khidir AS. Nabi Khidir memerintahkan "Jangan perintahkan Joko Tingkir untuk membunuh Arya Penangsang sekarang karena akan menimbulkan kemurkaan Allah SWT. Tunggulah satu minggu lagi!
Saat itu, memang sudah waktunya Arya Penangsang meninggal sesuai kepastian Allah SWT. Tetapi ingat, di waktu Joko Tingkir akan membunuh Arya Penangsang, jangan ada niat dalam hati untuk membunuh tetapi diniatkan untuk mempercepat takdir Allah."

Itulah nasehat Nabi Khidir AS kepada Sunan Kalijaga. Nasehat itu di sampaikan kepada Joko Tingkir.

Pada saat ke-majdub-an atau kefanaan Arya Penangsang menjadi normal kembali, pertanda waktu meninggal sudah dekat. Saat itu, Arya Penangsang dalam keadaan junub dan belum melakukan mandi besar. Tiba-tiba di luar rumahnya ada suara, "Kakang Arya Penangsang, keluar kau, ayo bertarung denganku!"

Arya Penangsang heran. Setelah keluar dari rumahnya, ternyata suara itu adalah suara adik seperguruannya.  Dalam hati Arya Penangsang bertanya-tanya, ada apa adimas Joko Tingkir bicara seperti itu. Arya Penangsang tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya karena waktu itu dia fana.

Joko Tingkir terus mendesak untuk bertarung, hingga akhirnya Arya penangsang meladeninya.
Sebenarnya, kesaktian Joko Tingkir masih di bawah Arya Penangsang, tetapi nasib Arya Penangsang naas karena kondisi junub.

Dari pertarungan tersebut, Arya Penangsang akhinya meninggal, sesuai takdir Allah SWT.



Sumber: Gus Jay, 18 April 2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer